PEMBANGUNAN DI PAPUA UNTUK SIAPA?
https://blagowan.wordpress.com/
(Ilustrasi OAP yang tidak pernah menjadi Subjek Pembangunan)
Sudah berkali-kali orang-orang Papua bertanya kepada pemerintah Indonesia: ” untuk siapa segala pembangunan fisik yang digenjot kesiangan di Papua itu?”. Mengapa baru beberapa tahun belakangan ‘berbarengan’ dengan melejitnya isu pelanggaran HAM yang ‘laris manis’ di pentas internasional dan juga bersamaan dengan derasnya dukungan internasional terhadap aspirasi penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua, pemerintah Indonesia mulai menggencarkan kebijakan pembangunan fisik di Papua? Apakah upaya pembangunan itu benar-benar dalam rangka memenuhi hak-hak rakyat Papua sebagai tanggung jawab negara ataukah hanya sebatas cuci tangan dan “cari muka” pemerintah Indonesia dari citra buruknya di hadapan dunia internasional ? Kemana wajah NKRI selama setengah abad silam?
Jika upaya percepatan pembangunan itu benar-benar bagi rakyat Papua, maka pertanyaannya adalah: rakyat Papua yang mana? Sudah lebih dari 100.000 jiwa orang Papua dilenyapkan dari tanah airnya, layaknya binatang. Orang Papua kini laksana mayat-mayat hidup yang berjalan di atas tanahnya sendiri, artinya kapan saja, dimana saja, jika ada peluang, orang Papua dapat dibunuh ditangan militer dan kalangan milisi pro NKRI. Itu jelas dan sangat pasti.
Jika memang benar-benar semua upaya dan ilusi pembangunan itu semata-mata untuk orang Papua, mengapa orang Papua masih saja dibunuh, ditangkap, disiksa, ditembak dan ditekan di atas tanahnya sendiri? Mengapa rentetan kasus pelanggaran HAM sejak integrasi hingga yang terbaru kasus Paniai Berdarah, pembunuhan Kilat Mako Tabuni, Theys Eluay dan Sopirnya tidak pernah diungkapkan dan diselesaikan ?
Bukankah ini indikasi jika selama ini orang Papua hanya diobjekkan? Jika benar-benar pembangunan itu untuk orang Papua, mengapa pemerintah tidak pernah berniat membatasi masuknya para migran asal Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera dll ke Papua? Mengapa akses masuk Papua itu sangat mudah dibandingkan akses masuk ke Bali, Aceh hingga DIY ? Apa bedanya Papua dengan daerah otonomi lainnya ini? Mengapa semua sektor di Papua terus di kuasai oleh orang Non Papua? Mengapa semua perusahaan, semua instansi, semua pusat-pusat perekonomian, perhotelan, pelabuhan, bandar udara, Rumah Sakit, angkutan umum Kota (Sopir taksi), penjualan barang sandang-pangan, penjualan sayur-mayur bahkan penjualan pinang sekalipun di sapu bersih oleh para pendatang ? Bukankah itu sebenarnya adalah monopoli dalam sistem ekonomi rakyat Papua? Bukankah itu berarti pemerintah Indonesia mengambil kembali dana ‘darah’ OTSUS yang katanya untuk orang Papua ? Bukankah itu yang disebut pembangunan bias pendatang ?
Kemudian jika diamati semua hasil-hasil pembangunan di Papua yang menikmati siapa? Apakah orang Papua atau para migran tadi ? Jelas para migran. Apa buktinya ? Jangan tanya lagi. Siapa yang berjualan di mol-mol ? Siapa yang menguasai sopir roda dua (ojek) hingga sopir taksi di Papua ? Apakah orang Papua ? Siapa yang menguasai dan memiliki hotel-hotel di Papua, siapa yang menguasai berbagai perusahaan seperti perusahaan kelapa sawit, kayu, tambang dan berbagai perusahaan kecil-menengah lainnya ? Apakah orang Papua ? Semua sisi dikuasai dan dimiliki oleh para pendatang maka, apakah pantas Kita mengatakan bahwa semua pembangunan itu milik orang Papua dan untuk orang Papua? Tidak kita sadari bahwa orang Papua kini sudah menjadi minoritas di atas tanah airnya sendiri.
Orang Papua dimiskinkan dan dibuat tidak berdaya secara fisik dan psikis. Orang Papua tidak disiapkan secara skill untuk menguasai dan mengelola semua hasil-hasil alamnya secara profesional dan berkesinambungan. Mereka tidak disiapkan untuk mencoba membekali diri dengan di biayai secara khusus untuk melawan derasnya tantangan dari luar. Orang Papua tidak mendapatkan proteksi absolut dalam rangka penyiapan mental berbisnis dan kesiapan mental menghadapi semua sektor hidupnya, akibatnya orang Papua saban hari tertindas dalam persaingan ras mayoritas yang kian mengancam dan menghancurkan semua dimensi dan eksistensi hidupnya.
Rakyat Papua sudah diambang kepunahan akibat invasi 260 juta jiwa orang melayu yang haus dan lapar akan kekayaan, kekuasaan dan keserakahan dengan modal dan dalil agama, satu nusa-satu bangsa, kitong basudara dan semua jenis slogan omong-kosongnya. Padahal upaya tersembunyi, sistematis dan terstrukturnya adalah menguasai SDA, ekonomi dan memusnahkan orang Papua dari jagat bumi cenderawasih.
Jika demikian faktanya, akankah kita terus berpura-pura mengakhiri setiap nasib kita sebagai orang-orang sukses temporer yang akan kelak binasa ditangan rayuan gombal bangsa Indonesia yang berwatak tulen kolonialis anak kapitalis dan imperialis ini?
Selamat berjuang dan baku tipu untuk cari makan bagimu !
Abepura, 16 Februari 2018
Jhon Lhau'rens Tabuni
0 Komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !